ANALGETIKA
Nyeri
merupakan suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan
akibat terjadinya kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial atau yang
digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut. Nyeri adalah suatu pengalaman
sensorik yang miltidimensional. Fenomena ini dapat berbeda dalam intensitas
(ringan, sedang, berat) (Bahrudin, 2017).
Menurut
Bahrudin (2017) Mekanisme timbulnya nyeri didasari oleh proses multiple yaitu
nosisepsis, sensitisasi perifer, perubahan fenotip, sensitisasi sentral, ekstabilitas
ektopik, reorganisasi struktural, dan penurunan inhibisi. Antara stimulus
cedera jaringan dan pengalaman subjektif nyeri terdapat empat proses tersendiri
: transduksi, transmisi, modulasi, dan persepsi.
- Transduksi merupakan suatu proses dimana akhiran saraf
aferen menerjemahkan stimulus (misalkan tertusuk jarum) ke impuls saraf
nosiseptik.
- Transmisi adalah suatu proses di mana impuls disalurkan
menuju kornu dorsalis medula spinalis, kemudian sepanjang traktus sensorik
menuju otak
- Modulasi merupakan suatu proses amplifikasi sinyal
neural terkait nyeri (pain related neural signal).
- Persepsi nyeri adalah kesadaran akan pengalaman nyeri.
persepsi merupakan hasil dari interaksi proses transduksi, modulasi, dan transmisi.
Terjadinya
nyeri yang dialami oleh tubuh tentunya sangat mempengaruhi kondisi fisologis
tubuh dari manusia, maka untuk itu diperlukan terapi yang dapat menyembuhkan
rasa nyeri di dalam tubuh yaitu dengan menggunakan obat analgetika yang
memiliki fungsi untuk menghentikan rasa nyeri, radang serta antirematik.
A. Pengertian Analgetika
Analgetik
merupakan suatu senyawa yang mampu menekan fungsi dari sistem saraf pusat
secara selektif, digunakan untuk mengurangi rasa sakit tanpa menghiangkan
kesadaran. Analgetik bekerja dengan meningkatkan niali ambang persepsi rasa
sakit.
Berdasarkan
mekanisme kerja pada tingkat molekul, obat analgetik dibagi menjadi dua
golongan utama yaitu analgetik narkotik dan analgrtik non narkotik (Sovia dan
Euis, 2012).
B. Analgetik narkotik
Analgetik tipe ini merupakan suatu senyawa yang
mempu menekan fungsi dari sistem saraf pusat secara selektif, digunakan untuk
mengirangi terjadinya rasa sakit yang moderat ataupun berat, seperti rasa sakit
yang disebabkan oleh penyakit kanker, serangan jantung akut, sesudah operasi
dan kolik usus atau ginjal. Analgetik golongan ini sering kali digunakan untuk
pramedikasi anestesi, bersama-sama dengan atropin, untuk mengontrol sekresi.
Aktivitas analgetik tipe ini jauh lebih besar dibandingkan dengan analgetik
golongan non narkotik, sehingga disebut juga dengan analgetik kuat (Ganiswarna,
1995).
1.
Mekanisme Kerja Analgetik Narkotik
Efek analgesik dihasilkan oleh adanya pengikatan obat dengan sisi
reseptor opioid spesifik pada sel dalam otak dan spinal cord. Rangsangan
resptor juga menimbulkan efek euforia dan rasa ngantuk. Ada 4 macam reaeptor
opioid yaitu reseptor µ, ð, dan NOP ( Nociception/Orphanin
FQ reseptor) yang semuanya termasuk dalam kelompok GPCR (G
Protein-Coupled Receptor) (Siswandono, 2016).
Menurut
Siswandono (2016) Adapun contoh obat dari golongan ini yaitu :
a. Turunan
Morfin
Selain efek analgetik turunan morfin juga menimbulkan euforia
sehingga banyak disalahgunakan. Oleh karena itu distribusi morfin harus
dikontrol secara ketat. Karena turunan morfin menimbulkan efek kecanduan yang
terjadi secara cepat, maka dicari turunan atau analognya yang masih mempunyai
efek euforia tetapi efek kecanduannya lebih rendah.

Gambar 1 : Struktur Kimia Morfin
Menurut Siswandono
(2016), Untuk dapat menimbulkan aktivitas analgesik narkotik, senyawa harus
mempunyai gugus farmakofor sebagai berikut :
- Cincin aromatik
- Cincin piperidin
- Atom N tersier yang bermuatan negatif
- Atom C kuartener (atom C yang tidak mengikat aton H)
b. Turunan
Metadon
Turunan
metadon memiliki sifat optis aktif dan biasanya digunakan dalam benuk garam
HCl. Walaupun tidak memiliki cincin piperidin, turunan metadon dapat membentuk
"cincin" seperti piperidin bila dalam larutan atau cairan tubuh. Hal
ini disebabkan oleh adanya daya tarik-menarik iondipol antara basa N dengan
gugus karboksil dan karena terbentuknya ikatan hidrogen intramolekul.

Gambar 2 : Struktur Kimia Metadon
c. Turunan
Morfinan
Untuk
mengembangkan turunan morfin dilakukan penyederhanaan struktur dengan
menghilangkan jembatan eter dan ikatan rangkap C 7-8, dan didapatkan turunan
yang mempunyai aktivitas lebih besar dibandingkan morfin seperti levorfanol.
Hal ini disebabkan karena struktur dari turunan morfinan lebih lentur dan dapat
mengikat semua reseptor narkotik analgesik lebih kuat dibanding morfin.
Contohnya seperti levorfanol.

Gambar 3 : Struktur Kimia Morfinan
d.
Tramadol
Tramadol
analgesik kuat memiliki aktivitas 0,1-0,2 kali morfin. Tramadol dapat
menghambat reuptake dari norephinefrin, serotonin serta meningkatkan pelepasan
serotonin yang dapat mengubah persepsi dan respon nyeri dengan cara mengikat
reseptor opiat µ. Walaupun efeknya melalui opiat, tetapi efek
depresi dari pernapasan dan kemungkinan terjadinya resiko kecanduan realtif
lebih kecil.
Gambar 4 : Struktur Kimia Tramadol
C. Analgetik non Narkotik
Analgetik
non narkotik digunakan untuk mengurangi rasa sakit yang ringan sampai moderat,
sehingga sering disebut analgetika ringan, juga untuk menurunkan suhu badan
pada keadaan panas badan yang tiinggi dan sebagai antiradang untuk pengobatan
rematik. Analgetik non narkotik bekerja pada perifer dan sentral sistem saraf
pusat. Mekanisme kerja non narkotik menimbulkan efek analgesik dengan cara
menghambat secara langsung dan selektif enzim-enzim pada sistem saraf pusat
yang mengkatalisis biosintesis prostaglandin, seperti sikloogsigenase, sehingga
mencegah sensitasi reseptor rasa sakit oleh mediator-mediator rasa sakit,
sepeti bradikinin, histamin, serotonin, prostasiklin, prostaglandin, ion-ion
hidrogen dan kalium yang dapat merangsang rasa sakit secara mekanis atau
kimiawi.
1.
Analgetil-Antipiretik
Obat
golongan ini digunakan untuk pengobatan simptomatik, yaitu hanya meringankan
gejala penyakit, tidak menyembuhkan atau menghilangkan penyebb penyakit.
Berdasarkan struktur kimia obat analgetik-antipiretik dibagi menjadi dua
kelompok yaitu turunan anilin dan para-aminofenol, serta turunan 5-pirazolon.
a. Turunan
anilin dan para-aminofenol
Turunan
anilin dan p-aminofenol, seperti asetaminofen, aser\tanilid dan fenasetin,
mempunyai aktivitas analgesik-antipiretik sebanding dengan aspirin, tetapi
tidak mempunyai efek antiradang dan antirematik.
Hubungan
struktur anilin dan p-aminofenol-aktivitas
- Anilin
mempunyai efek antipiretik yang cukup tinggi tetapi toksisitasnya juga besar
karena menimbulkan methemoglobin.
-
Substitusi pada gugus amino mengurangi sifat kebasaan dan dapat menurunkan
aktivitas toksisitasnya.
-
para-aminofenol adalah produk metabolik dari anilin, toksisitasnya lebih rendah
dibandingkan anilin dan turunan orto dan meta, tetapi masih terlalu toksik
untuk mengurangi toksisitasnya.
-
Asetilasi gugus amino dari para-aminofenol (asetaminofen) akan menurunkan
toksisitas , pada dosis relatif aman tetapi pada dosis yang lebih besar dan
pada pemakain jangka panjang dapat menyebabkan methemoglobin dan kerusakan hati
-
Esterifikasi gugus hidroksi dari para-aminofenol dengan gugus metil (anisidin)
dan etil (fenetidin) akan meningkatkan aktivitas analgesik.
Adapun
contoh obatnya yaitu parasetamol.

Gambar 5 : Struktur Parasetamol
b. Turunan
5-pirazolon
Turunan
5-pirazolon seperti antipirin, amidopirin, dan metampiron mempunyai aktivitas
analgesik-antipiretik serta antirematik yang mirip dengan aspirin. Turunan ini
digunakan untuk mengurangi rasa sakit pada keadaan nyeri dada, kepala, spasma
usus, ginjal, saluran empedu dan urin, neuralgia, migrain, dan lainnya.
Gambar 5 ; Struktur Kimia 5-pirazolon
2. Obat
Analgesik Antiradang bukan Steroid
Obat
antiradang bukan steroid (non steroidal anti inflamatory Drugs = NSAID)
merupakan obat yang memiliki efek dapat mengurangi peradangan pada jaringan
(antiradang), menurunkan demam (ntipiretik) dan dapat menghambat dari agregasi
platelet (antiplatelet).
a. Turunan
Asam Salisilat
Asam
salisilat mempunyai aktivitas analgesik-antipiretik dan antirematik, sebagai
analgesik-antipiretik adalah senyawa turunannya. Turunan Asam salisilat
digunakan untuk mengurangi rasa sakit pada nyeri kepala, sakit otot dan sakit
yang berhubungan dengan rematik.

Gambar 6 : Struktur Kimia Asam Salisilat
b. Turunan
5-pirazolidindion
Turunan
5-pirazolidindion, seperti fenilbutazon dan oksifenbutazon merupakan antiradang
non steroid yang banyak digunakan untuk meringankan rasa nyeri yang berhubungan
dengan rematik, penyakit pirai dan sakit persendian..
Gambar 7 : Struktur Kimia 5-Pirazolidindion
c. Turunan
Asam N-arilantranilat
Asam
antranilat merupakan analog nitrogen dari asam salisilat. Turunan asam
N-arilantranilat terutama digunakan untuk sebagai antiradang untuk pengobatan
rematik, dan sebagau analgesik untuk mengurangi rasa nyeri yang ringan dan
noderat.
Gambar 8 : Struktur Kimia Asam N-arilantranilat
DAFTAR
PUSTAKA
Bahrudin,
M. 2017. Patifisiologi Nyeri (Pain). e-Journal muhammadiah. 13(1).
Ganiswarna, S. 1995. Farmakologi dan Terapi, edisi
IV, Universitas
Indonesia, Jakarta.
Siswandono,
S. Kimia Medisinal 2 Edisi 2, Airlangga University Press, Surabaya.
Sovia, E
dan E. R. Yuslianti. 2012. Farmakologi Kedokteran Gigi Praktis.
Deepublish, Yogyakarta.
Permasalahan
:
1.
Bagaimana hubungan antara struktur dengan aktivitas turunan morfin analgetik
2. Bagaimana
efek dari pemberian obat analgetik golongan narkotik terhadap sistem pernafasan
3.
Bagaimana prinsip mekanisme NSAID sebagai antiradang, analgesik dan antipiretik
4.
Bagaimana cara untuk meningkatkan aktivitas analgesik-antipiretik dan
menurunkan efek samping turunan asam salisilat
Hay nada saya akan mencoba menjawab pertanyàan no 1:
BalasHapus1. Esterifikasi dan eterifikasi gugus hidroksil fenol akan menurunkan aktivitas analgesik, meingkatkan aktivitas antibatuk dan meningkatkan efek kejang.Penurunan aktivitas karena adanya cincin aromatik merupakan gugus farmakofor, sehingga modifikasi pada cincin akan menyebabkan halangan jantung pada prosees interaksi obat reseptor
2. eterifikasi dan esterifikasi serta oksidasi atau pergantin gugus hidriksil alkohol dengan halogen atau hidrogen dapat meningkatkan aktivitas analgesik, meningkatkan efek stimulan, tetapi uga meningkatkan toksisitas.
hai kak eza terima kasih telah membantu,tetapi akan saya tambahkan lagi hubungan antara struktur dan aktivitasnya yaitu 1. Perubahan gugus hidroksil alkohol dari posisi 6 ke posisi 8 menurunkan aktivitas analgesik secara drastiis.
Hapus2.Substitusi pada cincin aromatik akan mengurangi aktivitas analgesik.
3. Pemecahan jembatan eter antara C4 dan C5 akan menurunkan aktivitas.
4. Pembukaan cincin piperidin menyebabkan penurunan aktivitas.
5. Perpanjangan rantai analitik pada atom N, misal pergantian gugus metil gugus alil, menyebabkan senyawa bersifat antagonis kompetitif karena pengaruh halangan ruang pada proses interaksi ligan-reseptor.
Hai nada, disini saya akan mencoba menjawab nomor 2.
BalasHapusefek analgetik terhadap sistem pernapasan sebebarnya tidak terlalu berpengaruh karen obat analgetik golongan narkotik (morfin) lebih mempengaruhi kesadaran bagi pengguna karena akan mengalami euforia hingga hilang kesadaran
Beberapa efek samping yang bisa terjadi setelah mengonsumsi morfin adalah:
Mengantuk
Gatal
Berkeringat
Ruam dan kulit kemerahan
Mual dan muntah
Sulit buang air kecil
Gangguan tidur
Mulut terasa kering
hai kak mila, terima kasih atas jawabannya tetapi saya akan mengoreksi sedikit menurut saya pemberian obat analgetik dapat mempengaruhi sistem pernapasan tubuh karena Pemberian obat secara terus-menerus menimbulkan terjadi depresi pernapasan karena obat ananlgetik seperti golongan narkotik menyebabkan ketergantungan fisik dan mental atau kecanduan yang secara tidak langsung dapat menurunkan kualitas hidup dan organ tubuh salah satunya paru-paru,dan pada sel otak dan spinal cord, rangsangan reseptor juga menimbulkan efek euforia dan mengantuk. pemberian obat secara tiba-tiba menyebabkan sindrom obstinence atau gejala withdrawal. bahkan dapat menyebabkan kematian karena terjadi depresi pernapasan.
HapusSaya akan mencoba menjawab permasalahan no 4, meningkatkan aktivitas analgetik-antipiretik dan menurunkan efek samping dari golongan asam salisilat yaitu dengan : a. Mengubah gugus karboksil melalui pembentkan garam, ester atau amida. Tutunan tipe ini mempunyai efek antipiretik rendah dan lebih banyak untuk penggunaan setempat sebagai counterirritant dan obat gosok karena diabsorpsi dengan baik melalui kulit. Contoh : Metilsalisilat. B Substitusi pada gugus hidroksil. contoh ; Aspirin dan salsalat.
BalasHapushai chindy, jawaban yang bagus, tetapi saya akan mencoba menambahkan selain 2 cara di atas juga bisa dengan Modifikasi pada gugus karboksil dan hidroksil. contoh : Aluminium aspirin. dan Memasukkan gugus hidroksil atau gugus yang lain pada cincin aromatik atau mengubah gugus-gugus fungsional. contoh : flufenisal
HapusHai nada terima kasih atas pemaparannya,saya akan menjawan pertanyaan no 3 : NSAID bekerja dengan menghalangi COX I dan COX II. Karena prostaglandin yang melindungi lapisan perut dan meningkatkan pembekuan darah berkurang, NSAID dapat berpotensi menyebabkan radang perut dan perdarahan. Disarankan untuk mengambil NSAID dengan makanan untuk menghindari iritasi lambung. Inhibitor COX II mirip dengan NSAID.
BalasHapusSaya akan menambahkan jawaban yang no.3 Produksi prostaglandin yang terlibat pada homeostatis jaringan, dapat merangsang produksi prostaglandin yang terlibat pada gastric cyto protection di mukosa lambung, menghambat agregasi platelet, dan autoregulasi aliran darah di ginjal. Hambatan COX-1 tidak diharapkan karena mengakibatkan tukak lambung dan meningkatnya resiko pendarahan karena ada hambatan agregasi platelet, sehingga dicari obat analgesik yang selektif terhadap COX-2.
Hapushai roza terima kasih telah membantu, saya akan mencoba menambahkan prinsip kerja atau cara kerja dari obat NSAID sebagai antiradang, analgeik dan antipiretik adalah blokade sintesa prostaglandin melalui hambatan enzim sikloogsigenase-2 (COX-2). Efek antiradang NSAID disebabkan karena penurunan prostaglandin E2 dan prostaglandin yang secara langsung akan mengurangi vasodilatasi pembuluh darah, dan secara tidak langsung akan mengurangi udema (pembengkakan). Efek analgesik disebabkan menurunnya sensitivitas ujung saraf nociceptive ke mediator nyeri seperti bradikinin dan 5-hidroksitriptamin, sedangkan efek antipiretik terjadi karena NSAID dapat mencegah pelepasan interleucine-1 (IL-1), senyawa yang bertanggung jawab terhadap peningkatan set piont hipotalamus untuk kontrol suhu sehingga terjadi demam. Kebanyakan obat NSAID, selain menghambat COX-2 juga dapat menghambat COX-1 .
BalasHapussaya akan mencoba menambahkan jawaban no 1. Hidrogenasi ikatan rangkap C7-C8 dapat menghasilkan efek yang sedikit lebih besar dibandingkan dengan morfin karena terjadi peningkatan lipofilitas
BalasHapusSaya jawab no 1 ya
BalasHapusMorfin memiliki tiga gugus polar (fenol, alkohol dan, amin) sedangkan analognya telah kehilangan gugus polar alkohol atau ditutupi dengan gugus alkil atau asil. Dengan demikian maka analog morfin akan lebih mudah masuk ke otak dan terakumulasi pada sisi reseptor dalam jumlah yang lebih besar sehingga aktivitas analgesiknya juga lebih besar
No 4 jga
BalasHapusYaitu dgn membuat analog dri asam salisilat itu, mengubah struktur ny sehingga dapat meningkatkan efek terapi obat dan mengurangi efek samping nya
Terima kasih wahyudi jawabannya,saya akan mencoba menambahkan..untuk meningkatkan dan menurunkan aktivitas analgetik yaitu dengan menlakukan modifikasi dari struktur seperti Modifikasi pada gugus karboksil dan hidroksil. contoh : Aluminium aspirin.
HapusAssalamualaikum, Analgesik seringkali digunakan dalam bentuk kombinasi, misalnya parasetamol dan Kodein dijumpai di dalam obat penahan sakit,
BalasHapus