Sabtu, 30 November 2019

ANALGETIKA (Kimia Medisinal)

ANALGETIKA
Nyeri merupakan suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat terjadinya kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial atau yang digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut. Nyeri adalah suatu pengalaman sensorik yang miltidimensional. Fenomena ini dapat berbeda dalam intensitas (ringan, sedang, berat) (Bahrudin, 2017).
Menurut Bahrudin (2017) Mekanisme timbulnya nyeri didasari oleh proses multiple yaitu nosisepsis, sensitisasi perifer, perubahan fenotip, sensitisasi sentral, ekstabilitas ektopik, reorganisasi struktural, dan penurunan inhibisi. Antara stimulus cedera jaringan dan pengalaman subjektif nyeri terdapat empat proses tersendiri : transduksi, transmisi, modulasi, dan persepsi.
  • Transduksi merupakan suatu proses dimana akhiran saraf aferen menerjemahkan stimulus (misalkan tertusuk jarum) ke impuls saraf nosiseptik.
  • Transmisi adalah suatu proses di mana impuls disalurkan menuju kornu dorsalis medula spinalis, kemudian sepanjang traktus sensorik menuju otak
  • Modulasi merupakan suatu proses amplifikasi sinyal neural terkait nyeri (pain related neural signal).
  • Persepsi nyeri adalah kesadaran akan pengalaman nyeri. persepsi merupakan hasil dari interaksi proses transduksi, modulasi, dan transmisi.
Terjadinya nyeri yang dialami oleh tubuh tentunya sangat mempengaruhi kondisi fisologis tubuh dari manusia, maka untuk itu diperlukan terapi yang dapat menyembuhkan rasa nyeri di dalam tubuh yaitu dengan menggunakan obat analgetika yang memiliki fungsi untuk menghentikan rasa nyeri, radang serta antirematik.

A. Pengertian Analgetika
Analgetik merupakan suatu senyawa yang mampu menekan fungsi dari sistem saraf pusat secara selektif, digunakan untuk mengurangi rasa sakit tanpa menghiangkan kesadaran. Analgetik bekerja dengan meningkatkan niali ambang persepsi rasa sakit.
Berdasarkan mekanisme kerja pada tingkat molekul, obat analgetik dibagi menjadi dua golongan utama yaitu analgetik narkotik dan analgrtik non narkotik (Sovia dan Euis, 2012).

B. Analgetik narkotik
         Analgetik tipe ini merupakan suatu senyawa yang mempu menekan fungsi dari sistem saraf pusat secara selektif, digunakan untuk mengirangi terjadinya rasa sakit yang moderat ataupun berat, seperti rasa sakit yang disebabkan oleh penyakit kanker, serangan jantung akut, sesudah operasi dan kolik usus atau ginjal. Analgetik golongan ini sering kali digunakan untuk pramedikasi anestesi, bersama-sama dengan atropin, untuk mengontrol sekresi. Aktivitas analgetik tipe ini jauh lebih besar dibandingkan dengan analgetik golongan non narkotik, sehingga disebut juga dengan analgetik kuat (Ganiswarna, 1995).
1. Mekanisme Kerja Analgetik Narkotik
     Efek analgesik dihasilkan oleh adanya pengikatan obat dengan sisi reseptor opioid spesifik pada sel dalam otak dan spinal cord. Rangsangan resptor juga menimbulkan efek euforia dan rasa ngantuk. Ada 4 macam reaeptor opioid yaitu reseptor µ, ð, dan NOP ( Nociception/Orphanin FQ reseptor) yang semuanya termasuk dalam kelompok GPCR (G Protein-Coupled Receptor) (Siswandono, 2016).
Menurut Siswandono (2016) Adapun contoh obat dari golongan ini yaitu :
a. Turunan Morfin

     Selain efek analgetik turunan morfin juga menimbulkan euforia sehingga banyak disalahgunakan. Oleh karena itu distribusi morfin harus dikontrol secara ketat. Karena turunan morfin menimbulkan efek kecanduan yang terjadi secara cepat, maka dicari turunan atau analognya yang masih mempunyai efek euforia tetapi efek kecanduannya lebih rendah.
Berkas:Morphin - Morphine.svg
Gambar 1 : Struktur Kimia Morfin

Menurut Siswandono (2016), Untuk dapat menimbulkan aktivitas analgesik narkotik, senyawa harus mempunyai gugus farmakofor sebagai berikut :
  • Cincin aromatik
  • Cincin piperidin
  • Atom N tersier yang bermuatan negatif
  • Atom C kuartener (atom C yang tidak mengikat aton H)
b. Turunan Metadon

Turunan metadon memiliki sifat optis aktif dan biasanya digunakan dalam benuk garam HCl. Walaupun tidak memiliki cincin piperidin, turunan metadon dapat membentuk "cincin" seperti piperidin bila dalam larutan atau cairan tubuh. Hal ini disebabkan oleh adanya daya tarik-menarik iondipol antara basa N dengan gugus karboksil dan karena terbentuknya ikatan hidrogen intramolekul.
Gambar 2 : Struktur Kimia Metadon

c. Turunan Morfinan

Untuk mengembangkan turunan morfin dilakukan penyederhanaan struktur dengan menghilangkan jembatan eter dan ikatan rangkap C 7-8, dan didapatkan turunan yang mempunyai aktivitas lebih besar dibandingkan morfin seperti levorfanol. Hal ini disebabkan karena struktur dari turunan morfinan lebih lentur dan dapat mengikat semua reseptor narkotik analgesik lebih kuat dibanding morfin. Contohnya seperti levorfanol.
Structural formula of morphinan
Gambar 3 : Struktur Kimia Morfinan

d. Tramadol

Tramadol analgesik kuat memiliki aktivitas 0,1-0,2 kali morfin. Tramadol dapat menghambat reuptake dari norephinefrin, serotonin serta meningkatkan pelepasan serotonin yang dapat mengubah persepsi dan respon nyeri dengan cara mengikat reseptor opiat µ. Walaupun efeknya melalui opiat, tetapi efek depresi dari pernapasan dan kemungkinan terjadinya resiko kecanduan realtif lebih kecil.

Gambar 4 : Struktur Kimia Tramadol


C. Analgetik non Narkotik
Analgetik non narkotik digunakan untuk mengurangi rasa sakit yang ringan sampai moderat, sehingga sering disebut analgetika ringan, juga untuk menurunkan suhu badan pada keadaan panas badan yang tiinggi dan sebagai antiradang untuk pengobatan rematik. Analgetik non narkotik bekerja pada perifer dan sentral sistem saraf pusat. Mekanisme kerja non narkotik menimbulkan efek analgesik dengan cara menghambat secara langsung dan selektif enzim-enzim pada sistem saraf pusat yang mengkatalisis biosintesis prostaglandin, seperti sikloogsigenase, sehingga mencegah sensitasi reseptor rasa sakit oleh mediator-mediator rasa sakit, sepeti bradikinin, histamin, serotonin, prostasiklin, prostaglandin, ion-ion hidrogen dan kalium yang dapat merangsang rasa sakit secara mekanis atau kimiawi.
1. Analgetil-Antipiretik
Obat golongan ini digunakan untuk pengobatan simptomatik, yaitu hanya meringankan gejala penyakit, tidak menyembuhkan atau menghilangkan penyebb penyakit. Berdasarkan struktur kimia obat analgetik-antipiretik dibagi menjadi dua kelompok yaitu turunan anilin dan para-aminofenol, serta turunan 5-pirazolon.
a. Turunan anilin dan para-aminofenol
Turunan anilin dan p-aminofenol, seperti asetaminofen, aser\tanilid dan fenasetin, mempunyai aktivitas analgesik-antipiretik sebanding dengan aspirin, tetapi tidak mempunyai efek antiradang dan antirematik.
Hubungan struktur anilin dan p-aminofenol-aktivitas
- Anilin mempunyai efek antipiretik yang cukup tinggi tetapi toksisitasnya juga besar karena menimbulkan methemoglobin.
- Substitusi pada gugus amino mengurangi sifat kebasaan dan dapat menurunkan aktivitas toksisitasnya.
- para-aminofenol adalah produk metabolik dari anilin, toksisitasnya lebih rendah dibandingkan anilin dan turunan orto dan meta, tetapi masih terlalu toksik untuk mengurangi toksisitasnya.
- Asetilasi gugus amino dari para-aminofenol (asetaminofen) akan menurunkan toksisitas , pada dosis relatif aman tetapi pada dosis yang lebih besar dan pada pemakain jangka panjang dapat menyebabkan methemoglobin dan kerusakan hati
- Esterifikasi gugus hidroksi dari para-aminofenol dengan gugus metil (anisidin) dan etil (fenetidin) akan meningkatkan aktivitas analgesik.

Adapun contoh obatnya yaitu parasetamol.
Gambar 5 : Struktur Parasetamol

b. Turunan 5-pirazolon

Turunan 5-pirazolon seperti antipirin, amidopirin, dan metampiron mempunyai aktivitas analgesik-antipiretik serta antirematik yang mirip dengan aspirin. Turunan ini digunakan untuk mengurangi rasa sakit pada keadaan nyeri dada, kepala, spasma usus, ginjal, saluran empedu dan urin, neuralgia, migrain, dan lainnya.
Gambar 5 ; Struktur Kimia 5-pirazolon


2. Obat Analgesik Antiradang bukan Steroid
Obat antiradang bukan steroid (non steroidal anti inflamatory Drugs = NSAID) merupakan obat yang memiliki efek dapat mengurangi peradangan pada jaringan (antiradang), menurunkan demam (ntipiretik) dan dapat menghambat dari agregasi platelet (antiplatelet).
a. Turunan Asam Salisilat

Asam salisilat mempunyai aktivitas analgesik-antipiretik dan antirematik, sebagai analgesik-antipiretik adalah senyawa turunannya. Turunan Asam salisilat digunakan untuk mengurangi rasa sakit pada nyeri kepala, sakit otot dan sakit yang berhubungan dengan rematik.
Salicylic-acid-skeletal.svg
Gambar 6 : Struktur Kimia Asam Salisilat

b. Turunan 5-pirazolidindion
Turunan 5-pirazolidindion, seperti fenilbutazon dan oksifenbutazon merupakan antiradang non steroid yang banyak digunakan untuk meringankan rasa nyeri yang berhubungan dengan rematik, penyakit pirai dan sakit persendian..
Gambar 7 : Struktur Kimia 5-Pirazolidindion

c. Turunan Asam N-arilantranilat

Asam antranilat merupakan analog nitrogen dari asam salisilat. Turunan asam N-arilantranilat terutama digunakan untuk sebagai antiradang untuk pengobatan rematik, dan sebagau analgesik untuk mengurangi rasa nyeri yang ringan dan noderat.
Gambar 8 : Struktur Kimia Asam N-arilantranilat

DAFTAR PUSTAKA

Bahrudin, M. 2017. Patifisiologi Nyeri (Pain). e-Journal muhammadiah. 13(1).
Ganiswarna, S. 1995. Farmakologi dan Terapi, edisi IV,  Universitas Indonesia,                          Jakarta.
Siswandono, S. Kimia Medisinal 2 Edisi 2, Airlangga University Press, Surabaya.
Sovia, E dan E. R. Yuslianti. 2012. Farmakologi Kedokteran Gigi Praktis. Deepublish, Yogyakarta.


Permasalahan :
1. Bagaimana hubungan antara struktur dengan aktivitas turunan morfin analgetik
2. Bagaimana efek dari pemberian obat analgetik golongan narkotik terhadap sistem pernafasan
3. Bagaimana prinsip mekanisme NSAID sebagai antiradang, analgesik dan antipiretik
4. Bagaimana cara untuk meningkatkan aktivitas analgesik-antipiretik dan menurunkan efek samping turunan asam salisilat



14 komentar:

  1. Hay nada saya akan mencoba menjawab pertanyàan no 1:
    1. Esterifikasi dan eterifikasi gugus hidroksil fenol akan menurunkan aktivitas analgesik, meingkatkan aktivitas antibatuk dan meningkatkan efek kejang.Penurunan aktivitas karena adanya cincin aromatik merupakan gugus farmakofor, sehingga modifikasi pada cincin akan menyebabkan halangan jantung pada prosees interaksi obat reseptor
    2. eterifikasi dan esterifikasi serta oksidasi atau pergantin gugus hidriksil alkohol dengan halogen atau hidrogen dapat meningkatkan aktivitas analgesik, meningkatkan efek stimulan, tetapi uga meningkatkan toksisitas.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hai kak eza terima kasih telah membantu,tetapi akan saya tambahkan lagi hubungan antara struktur dan aktivitasnya yaitu 1. Perubahan gugus hidroksil alkohol dari posisi 6 ke posisi 8 menurunkan aktivitas analgesik secara drastiis.
      2.Substitusi pada cincin aromatik akan mengurangi aktivitas analgesik.
      3. Pemecahan jembatan eter antara C4 dan C5 akan menurunkan aktivitas.
      4. Pembukaan cincin piperidin menyebabkan penurunan aktivitas.
      5. Perpanjangan rantai analitik pada atom N, misal pergantian gugus metil gugus alil, menyebabkan senyawa bersifat antagonis kompetitif karena pengaruh halangan ruang pada proses interaksi ligan-reseptor.

      Hapus
  2. Hai nada, disini saya akan mencoba menjawab nomor 2.
    efek analgetik terhadap sistem pernapasan sebebarnya tidak terlalu berpengaruh karen obat analgetik golongan narkotik (morfin) lebih mempengaruhi kesadaran bagi pengguna karena akan mengalami euforia hingga hilang kesadaran
    Beberapa efek samping yang bisa terjadi setelah mengonsumsi morfin adalah:

    Mengantuk
    Gatal
    Berkeringat
    Ruam dan kulit kemerahan
    Mual dan muntah
    Sulit buang air kecil
    Gangguan tidur
    Mulut terasa kering

    BalasHapus
    Balasan
    1. hai kak mila, terima kasih atas jawabannya tetapi saya akan mengoreksi sedikit menurut saya pemberian obat analgetik dapat mempengaruhi sistem pernapasan tubuh karena Pemberian obat secara terus-menerus menimbulkan terjadi depresi pernapasan karena obat ananlgetik seperti golongan narkotik menyebabkan ketergantungan fisik dan mental atau kecanduan yang secara tidak langsung dapat menurunkan kualitas hidup dan organ tubuh salah satunya paru-paru,dan pada sel otak dan spinal cord, rangsangan reseptor juga menimbulkan efek euforia dan mengantuk. pemberian obat secara tiba-tiba menyebabkan sindrom obstinence atau gejala withdrawal. bahkan dapat menyebabkan kematian karena terjadi depresi pernapasan.

      Hapus
  3. Saya akan mencoba menjawab permasalahan no 4, meningkatkan aktivitas analgetik-antipiretik dan menurunkan efek samping dari golongan asam salisilat yaitu dengan : a. Mengubah gugus karboksil melalui pembentkan garam, ester atau amida. Tutunan tipe ini mempunyai efek antipiretik rendah dan lebih banyak untuk penggunaan setempat sebagai counterirritant dan obat gosok karena diabsorpsi dengan baik melalui kulit. Contoh : Metilsalisilat. B Substitusi pada gugus hidroksil. contoh ; Aspirin dan salsalat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hai chindy, jawaban yang bagus, tetapi saya akan mencoba menambahkan selain 2 cara di atas juga bisa dengan Modifikasi pada gugus karboksil dan hidroksil. contoh : Aluminium aspirin. dan Memasukkan gugus hidroksil atau gugus yang lain pada cincin aromatik atau mengubah gugus-gugus fungsional. contoh : flufenisal

      Hapus
  4. Hai nada terima kasih atas pemaparannya,saya akan menjawan pertanyaan no 3 : NSAID bekerja dengan menghalangi COX I dan COX II. Karena prostaglandin yang melindungi lapisan perut dan meningkatkan pembekuan darah berkurang, NSAID dapat berpotensi menyebabkan radang perut dan perdarahan. Disarankan untuk mengambil NSAID dengan makanan untuk menghindari iritasi lambung. Inhibitor COX II mirip dengan NSAID.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya akan menambahkan jawaban yang no.3 Produksi prostaglandin yang terlibat pada homeostatis jaringan, dapat merangsang produksi prostaglandin yang terlibat pada gastric cyto protection di mukosa lambung, menghambat agregasi platelet, dan autoregulasi aliran darah di ginjal. Hambatan COX-1 tidak diharapkan karena mengakibatkan tukak lambung dan meningkatnya resiko pendarahan karena ada hambatan agregasi platelet, sehingga dicari obat analgesik yang selektif terhadap COX-2.

      Hapus
  5. hai roza terima kasih telah membantu, saya akan mencoba menambahkan prinsip kerja atau cara kerja dari obat NSAID sebagai antiradang, analgeik dan antipiretik adalah blokade sintesa prostaglandin melalui hambatan enzim sikloogsigenase-2 (COX-2). Efek antiradang NSAID disebabkan karena penurunan prostaglandin E2 dan prostaglandin yang secara langsung akan mengurangi vasodilatasi pembuluh darah, dan secara tidak langsung akan mengurangi udema (pembengkakan). Efek analgesik disebabkan menurunnya sensitivitas ujung saraf nociceptive ke mediator nyeri seperti bradikinin dan 5-hidroksitriptamin, sedangkan efek antipiretik terjadi karena NSAID dapat mencegah pelepasan interleucine-1 (IL-1), senyawa yang bertanggung jawab terhadap peningkatan set piont hipotalamus untuk kontrol suhu sehingga terjadi demam. Kebanyakan obat NSAID, selain menghambat COX-2 juga dapat menghambat COX-1 .

    BalasHapus
  6. saya akan mencoba menambahkan jawaban no 1. Hidrogenasi ikatan rangkap C7-C8 dapat menghasilkan efek yang sedikit lebih besar dibandingkan dengan morfin karena terjadi peningkatan lipofilitas

    BalasHapus
  7. Saya jawab no 1 ya
    Morfin memiliki tiga gugus polar (fenol, alkohol dan, amin) sedangkan analognya telah kehilangan gugus polar alkohol atau ditutupi dengan gugus alkil atau asil. Dengan demikian maka analog morfin akan lebih mudah masuk ke otak dan terakumulasi pada sisi reseptor dalam jumlah yang lebih besar sehingga aktivitas analgesiknya juga lebih besar

    BalasHapus
  8. No 4 jga
    Yaitu dgn membuat analog dri asam salisilat itu, mengubah struktur ny sehingga dapat meningkatkan efek terapi obat dan mengurangi efek samping nya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih wahyudi jawabannya,saya akan mencoba menambahkan..untuk meningkatkan dan menurunkan aktivitas analgetik yaitu dengan menlakukan modifikasi dari struktur seperti Modifikasi pada gugus karboksil dan hidroksil. contoh : Aluminium aspirin.

      Hapus
  9. Assalamualaikum, Analgesik seringkali digunakan dalam bentuk kombinasi, misalnya parasetamol dan Kodein dijumpai di dalam obat penahan sakit,

    BalasHapus