HEMATOLOGI
A. Pengertian
Hematologi merupakan suatu bidang ilmu kesehatan yang
mempelajari tentang darah serta gangguan yang dapat terjadi pada darah.
Beberapa penyakit yang diatasi oleh bidang kedokteran hematologi termasuk
anemia, gangguan pembekuan darah, penyakit infeksi, hemofilia dan leukemia (Handayani
dan Andi, 2008).
Sistem hematologi merupakan suatu medium transport dari tubuh,
volume darah menusia sekitar 7%-20% dari berat badan normal dan berjumlah
sekitar 5 liter. Sistem hematologi tersusun atas darah serta tempat
diproduksinya darah, termasuk sumsum tulang belakang dan nodus limpa. Darah
merupakan organ khusus yang berbeda organ lain karena berbentuk cairan. Keadaan
jumlah darah tidaklah sama pada setiap orang tergantung dari usia, pekerjaan,
serta keadaan jantung ataupun pembuluh darah (Handayani dan Andi, 2008).
Menurut Handayani dan Andi (2008) Darah terdiri dari 2 komponen
utama, yaitu :
1.
Plasma darah : Bagian dari darah yang cair dan sebagian besar terdiri dari air,
elektrolik, serta protein
darah.
2.
Butir-butir darah (blood corpuscles) yang terdiri dari komponen-kompenen
berikut ini :
- Eritrosit : sel darah merah
- Leukosit : sel darah putih
- Trombosit : butir pembeku darah-platelet
Menurut
Sovia dan Euis (2012), Ada beberapa contoh obat antikoagulan yaitu sebagai
berikut :
1.
Heparin
Mekanisme
kerjanya yaitu dengan menghambat aktivasi faktor pembekuan darah (IIa, IXa,
XIa, XIIa, XIIIa). Absorpsi pero oral nya buruk sehingga hanya diberikan secara
parenteral
Gambar 1 : Struktur Kimia Heparin
2.
Warfarin
Menghambat karboksilasi dari beberapa residu glutamat yang
berperan dalam interkonversi vitamin K dalam hati sehingga menurunkan
faktor-faktor pembekuan yang memerlukan vitamin K sebagai kofaktor yaitu faktor
VII, IX, dan X dan antikoagulan endogen protein C dan S.
Gambar 2 : Struktur Kimia Warfarin
Dalam hematologi kita dapat mengetahui penyakit yang menyerang
tubuh kita hal ini ditandai dengan adanya gangguan pada darah. Selain itu kita
juga dapat mengetahui efek samping (toksisitas obat) dalam darah. dan berbagai
gangguan lainnya yang disebabkan oleh kekurangan nutrisi. Untuk itu maka
diperlukannya terapi yang bisa menjadi alternatif dalam proses
penyembuhan.
Menurut Handayani dan Andi (2008), Gangguan pada darah
dapat mempengaruhi fungsi dari ketiga komponen utama darah yaitu :
a.
Eritrosit (sel darah merah)
Gangguan yang sering terjadi pada sel darah merah yaitu anemia. Anemia
merupakan suatu kondisi di mana kadar atau jumlah sel darah merah rendah di
dalam tubuh.
b.
Leukosit (sel darah putih)
Gangguan yang sering memeprngaruhi leukosit yaitu adanya infeksi virus
dan bakteri yang menyerang sistem imun atau leukosit, dan yang lebih parah lagi
yaitu leukimia atau kanker darah.
c.
Trombosit
Trombosit berfungsi dalam membantu proses pembekuan darah. Jika kadar
trombositnya tinggi maka disebut dengan trombositosis sedangkan jika kadar
trombositnya rendah maka di namakan dengan trombositopenia.
B.
Penyakit pada gangguan Sistem Hematologi
Gangguan hematologi dapat berupa ketidaknormalan pada sel darah
perifer seperti anemia dan trombositopenia. Gangguan hematologi dapat
mempengaruhi mortalitas dan morbiditas pasien Leukemia Limfositit Akut (LLA)
adalah keganasan sel yang terjadi akibat proliferasi sel limfoid yang diblokir
pada tahap awal deferensiasinya. Gangguan hematologi dapat terjadi karena
terganggunya proses hematopoietik dari sel induk darah, yang dapat disebabkan
oleh leukemia itu sendiri dan/atau kemoterapi yang digunakan. Pada LLA,
gangguan hematologi dapat terjadi akibat dari infiltrasi sel leukemik ke sumsum
tulang akibat LLA dan/atau kemoterapi (Pertiwi et al., 2013).
Gangguan hematologi pada pasien leukemia dapat disebabkan oleh
penyakitnya. Pada pasien dengan LLA, proses infiltrasi di sumsum tulang
mengakibatkan sumsum tulang dipenuhi oleh sel leukemik sehingga terjadi
penurunan jumlah megakariosit yang berakibat menurunnya produksi trombosit dan
eritrosit. proliferasi, diferensiasi, dan apoptosis berada di bawah kontrol
genetik, dan leukemia dapat terjadi ketika keseimbangan antara proses tersebut
berubah. Hal umum yang dapat terjadi dari ketidakseimbangan proses tersebut
adalah kegagalan sumsum tulang yang disebabkan akumulasi sel leukemik.
Terjadinya kegagalan sumsum tulang mengakibatkan antara lain anemia (dengan
gejala klinis misalnya: pucat, letargi, dan dispnea) dan trombositopenia
(genjala klinis yang dapat terjadi antara lain: memar spontan, purpura, gusi
berdarah) (Pertiwi et al., 2013).
C.
Terapi pada Hematologi Pada Leukimia
Beberapa neoplasma dapat dikontrol dengan baik oleh hormon seks,
seperti hormon androgen, progestin dan estrogen, serta hormon
adrenokortikosteroid. Biasanya untuk pengobatan tambahan sesudah pembedahan,
dikombinasi dengan obat antikanker lainya. Dalam dunia klinik digunakan untuk
pengobatan dari penyebaran neoplasma, hormon androgen untuk kersinoma payudara,
estrogen untuk karsinoma payudara dan prostat, dan adrenokortikoid untuk
leukemia akut, terutama pada anak-anak (Siswando, 2016).
Menurut
Siswando (2016), ada beberapa contoh hormon dan antihormon yang digunakan sebagai
antikanker yaitu :
1.
Hormon androgen : testosteron propionat, 2α-metiltestosteron, testolakton,
dromostanolon, propionat, dan fluoksimesteron.
2.
Hormon estrogen : dietilbestrol, klortriasin dan etinilestradiol.
3.
Hormon progestin : hidrosiprogesteron kaproat, medroksiprogesteron asetat dan
megestrol asetat.
4.
Glukokortikoid : prednison, kortison dan deksametason.
5.
Antiestrogen : tamoksifen sitrat.
6.
Antiandrogen : flutamid dan bikalutamid.
7.
Anti aromatase : Anastrozol dan letrozol.
D.
Aktivitas Obat dengan Struktur
Contoh obat dari antiandrogen, yaitu sebagai berikut :
1. Flutamid
Flutamid merupakan antiandrogen yang kuat, dan dapat menghambat
pengikatan androgen di dalam jaringan sasaran. Flutamid digunakan terutama
untuk mengontrol kanker prostat yang lebih lanjut (Siswando, 2016).
Gambar 3 : Struktur Kimia Flutamid
2.
Bikalutamid
Bikalutamid merupakan antiandrogen bukan steroid, pengikatan yang
terjadi antara reseptor androgen berlangsung tanpa adanya aktivasi ekspresi
gen, sehingga dapat menghambat rangsangan androgen. Senyawa ini mempunyai satu
atom C asimetris sehingga merupakan campuran rasemat (Siswando, 2016).
Gambar 4 : Struktur Kimia Bikalutamid
Contoh
obat dari anti aromatase :
1.
Letrozol
Mekanisme kerja dan kegunaan sama
dengan anastrozol yang dapat menurunkan kdar estrogen 75-90%, dengan suspensi
maksimum dicapai setelah 2 sampai 3 hari pemberian. Waktu paruh eliminasinya 2
hari, dosis oral 2,5 mg 1 dd (Siswando, 2016).
Gambar 5 : Struktur Kimia Letrozol
2.
Anastrozol
Adalah
senyawa bukan steroid penghambat aromatase. Aromatase adalah kompleks enzim
sitokrom P450 yang mengkatalisis pengubahan androstenedion menjadi estron dan
testosteron menjadi estradiol. Hambatan enzim aromatase secara spesifik akan
memblok biosintesis estrogen sehingga terjadi penurunan kadar estrogen
(Siswando, 2016).
Gambar 6 : Struktur Kimia Anastrozol
DAFTAR PUSTAKA
Handayani,
W dan A. S. Haribowo. 2008. Asuhan Keperawatan
Pada Klien Dengan Gangguan Hematologi, Salemba Medika, Jakarta.
Pertiwi.
N. M. I., R. Niruri dan K. Ariawati. 2013. Gangguan Hematologi Akibat Terapi
Pada Anak Dengan Leukemia Limfositik Akut Di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah. Jurnal Farmasi Udayana. 1(1).
Siswando,
S. 2016. Kimia Medisinal 2 Edisi 2,
Airlangga University Press, Surabaya
Sovia,
E dan E. R. Yuslianti. 2012. Farmakologi Kedokteran Gigi Praktis, Deepublish,
Yogyakarta.
Permasalahan
:
1.
Bagaimana hubungan antara aktivitas obat antikanker dengan struktur
2.
Bagaimana mekanisme kerja dari obat antikanker berdasarkan golongan obat
3.
Bagaimana efek samping dari pengobatan kanker dengan kemoterapi